MEDIA

Minggu , 31 Agustus 2008 ,
Fashion Berpadu Isu Lingkungan
darajat arianto

GLOBAL warming telah digemakan di berbagai bidang. Sebagai isu untuk menyelamatkan bumi, kampanye global warming terus dikumandangkan ke seluruh penjuru bumi. Demikian pula yang terlihat di Bandung, pada 22 Agustus lalu.

Kampanye mengatasi global warming dikumandangkan melalui wujud lainnya, yakni melalui eco fashion sebagai bagian dari acara Helar Fest. Acara yang diadakan di Hotel Panghegar ini mengangkat tema lingkungan hidup pada berbagai rancangan pakaiannya.

Acara bertajuk Bandung's Fashion Vaganza ini menampilkan hasil karya 9 desainer dengan 36 model. Mereka yang merancang adalah Rika, Kikichan, Yufie, Ramiya, Aargh, Adity yang berasal dari Bandung. Roy Mulyanto dan Cidy dari Jakarta serta Shahida Shariff dari Kuala Lumpur.

Menurut Rika, Ketua Penyelenggara Bandung Fashion Vaganza, acara ini mengambil tema When Evironment Meet Fashion. ''Selain baju siap pakai yang biasa digunakan, fashion show ini juga akan menampilkan bahan yang ramah lingkungan. Dengan menamai bahan 3R, yakni reduce, recycle dan reuse,'' katanya.

Di sini terlihat bahwa isu lingkungan hidup berpadu dengan kreativitas perancang. Di antaranya memakai kertas tisu, kertas alat tulis dan berbagai bahan yang bisa di-recycle. Kenyataan ini menunjukkan kreatifitas tidak harus mengganggu lingkungan.

Eco Fashion ini sebagai bentuk kepedulian masyarakat fashion terhadap lingkungan dan pemanasan global. Hal ini diwujudkan dalam bentuk kampanye dan pengarahan selama acara berlangsung.

Para desainer muda menampilkan rancangan-rancangan busana yang bertema global warming. Uniknya, sebagian hasil lelang pakaian dan penjualan disumbangkan pada pemerintah Jabar setelah dikonversi dalam bentuk bibit pohon.

Selain itu, seluruh peserta dan pengunjung juga membawa pulang satu macam bibit pohon untuk ditanam. Ini sebagai bagian dari kampanye hijau untuk mencegah dan mengurangi pemanasan global.

Sebelumnya Bandung Fashion Vaganza telah diadakan Greenfest di Taman Hutan Raya Juanda pada 9-10 Agustus. Ditempat ini banyak ditampilkan ide-ide yang bernuansa hijau dan alami.

Rangkaian kegiatannya berupa workshop Bird Conversation, Greners atau Eco Magazine, Workshop serat dan pewarna alami, workshop kertas daur ulang, eco design, alternatif energi hingga akar wangi parfum natural. (dar)

--------------------------------------------------------------------------------------

Peduli Lingkungan ala Bandung Fashion Vaganza

Masih bertaut dengan ide besar Helarfest secara keseluruhan yang berkomitmen terhadap ekonomi kreatif, sikap awareness terhadap lingkungan, satu lagi pertaruhan kreatifitas anak muda Bandung menjejaki ranah publik.

Tangan-tangan piawai yang bermain dalam seni busana itu menunjukan kebolehannya di atas catwalk. Bukanlah karya biasa, tapi karya-karya sarat makna yang membalut langkah 36 model Bandung.When Environment Meet Fashion, demikian tema besar yang diusung oleh sekumpulan desainer Bandung untuk menggoreskan karyanya di Bandung Fashion Vaganza di Hotel Panghegar, Jalan Merdeka, Jumat malam (22/8/2008).

Untuk penggemar label-label desainer lokal, nama-nama mereka mungkin sudah ada yang mengenal. Meski diantaranya ada yang baru akan mengepakan sayap. Dua orang desainer tamu dari Malaysia dan Singapura pun turut berpartisipasi menampilkan karya mereka.

Tak kurang dari sembilan desainer muda cantik unjuk kreatifitas, imajinasi dengan beragam sentuhan seni yang terkait dengan lingkungan. Isu global warming tetap menjadi isu utama yang menjadi benang merah. Dikemas dengan beragam inspirasi, klasik, hippies, juga keanggunan yang feminin sekaligus liar.

Kesembilan desainer ini menampilkan dua karya yang berasal dari bahan dan satu adibusana yang lebih menyentuh konsep eco fashion. Untuk eco fashion menghadirkan 10 perancang mahasiswa STSI Bandung. Nuansa-nuansa vintage rata-rata muncul dari karya-karya mereka.

Yuvie dari House of Noi Noi dengan karya bertemakan Rush Our Mafia. Warna-warna gelap dengan dominasi abu dipilih seperti cerminan dari gelapnya dunia mafia. Sedangkan adibusananya, Yuvie menyuguhkan I’am a plastic, gaun hitam terbuat dari material kantong plastik.

Rieka by Rika yang mengambil unsur bunga dengan tema Flower Freak menunjukan kecintaannya terhadap alam. Tercermin dari aplikasi-aplikasi bunga dalam bordir dan sablon di atas sutera dalam nuansa hippies tahun 80-an. Untuk eco fashion, Rieka mengambil ide tissue toilet yang diplikasikan pada gaun pada kain sifon sehingga membentuk gaun dengan rumbaian tissue.

Fragrance Kikichan mengusung tema its hard to being green. Sulitnya mendapatkan hijaunya hutan. Hiasan serupa tanduk rusa menjadi pelengkap unik gaun-gaun Kiki dengan cutting yang juga menggambarkan hutan. Dalam adibusananya Kiki Rinbow, baju berbahan kertas dan papersilk berwarna-warni yang menjadi antitesis karya sebelumnya.

Adity menyuguhkan Everything That You Can Wear yang menunjukan identitas Adity Butik. Nuansa putih mendominasi gaun-gaun rancangan Adity Butik. Tambang plastik menjadi material inti dalam rancangan adibusana Adity. Rok mini balon berbahan tafeta dihiasi tambang-tambang plastik warna-warni yang dirangkai mengikuti alur lekuk rok.

Quin Cindy valery menampilkan karya Dark Romantic dengan adibusana eco fashion berbahan limbah plastik dan limbah kaos. desainer Asty Surya menampilkan karyanya yang berjudul Tie Die dengan adibusana menggunakan kain celup ikat yang etnik.

Lulusan Esmod Jakarta Roy Mulyanto menampilkan karya Metamorputih Menjadi Hitam. Pada awal penampilan Roy menampilkan gaun-gaun warna putih dengan aplikasi kilau di beberapa bagian. Adibusana roy berupa gaun panjang menyapu lantai berwarna ungu dengan material benang.

Desainer tamu dari malaysia Shahida Shariff menyuguhkan Vintage of Jungle. Busana-busana vintage yang anggun dan klasik dipadukan dengan nuansa hutan yang tabrak warna. Adibusana Shahida adalah gaun yang terbuat dari karung goni sebagai simbol kotornya bumi akibat ketidakpedulian manusia.

Desiner-desainer lain dari STSI yang masih tercatat sebagai mahasiswa memiliki keunikan masing-masing dengan ide-ide brilian. Misalnya Rina Herdayani yang menggunakan material batok kelapa, Afrida yang membuat gaun dari bagian dalam ban sepeda motor, lalu adajuga yang menggunakan material bambu, limbah elektronik, seng, selang juga koran.(ema/afz)

sumber : http://bandung.detik.com/read/2008/08/24/091742/993424/488/peduli-lingkungan-ala-bandung-fashion-vaganza

-------------------------------------------------------------------------------------

Fashion Vaganza Digelar di Bandung

Jum'at, 22 Agustus 2008 | 21:58 WIB

TEMPO Interaktif, Bandung:Sekitar sembilan desainer muda dari Jakarta, Bandung dan Malaysia, unjuk kebolehan. Mereka menggelar rancangan busana yang ramah lingkungan.

Peragaan busana yang berlangsung di Hotel Grand Royal Panghegar ini mengusung tema “When Environment Meet Fashion”. Eco-Fashion, atau mode busana yang ramah lingkungan ini, adalah kelanjutan dari acara Helar Festival 2008.

Desain-desain yang diperagakan malam ini terbuat dari bahan-bahan 3R, yaitu Re-duce, Re-cycle, Re-use. Bahan-bahan 3R ini merupakan bahan alami yang dapat didaur ulang.

Mereka yang unjuk kebolehan antara lain Rika dari Bandung, Kikichan (Bandung), Yufie (Bandung), Shahida Shariff (Kuala Lumpur, Malaysia), Roy Mulyanto (Jakarta), Cindy Valery (Jakarta), Ramiya (Bandung), Adity (Bandung) dan AARGH (Bandung).

Adelheid Sidharta

-------------------------------------------------------------------------------------------------
buttonmybuttons Featured in Juice Magazine August Issue 2008


The brand new August issue of JUICE magazine is out. We roll out our inline skating feature by Kevin Yeoh with images by the multitalented Wheel Love crew, Euphoria by MOS and Rainforest World Music Festival. Ili Farhana takes you on an Emo escapade, reports on the stellar and stripey JUICE 6th Anniversary Party, reviews NERD’s new album and then reveals her wardrobe picks. Tastemaker Lim Kok Kean aka DJ Bunga speaks to Explosions In The Sky and Pelle Carlsberg and contributor Keith Gan dances with Tiesto. But we’re not done yet…. Get decked out in local designs from Buttonmybuttons, the latest from Vans, Topman and Lee Cooper. Plus deets on the upcoming Levi’s Unbuttoned launch party. If you haven’t received an e-mail, what better place to find out how you can grab a pair of K-Swiss for gratis and Macbeth merchandises for nought. Yes, we’re spoiling you with this issue. Go get it now at JUICE distribution outlets!

--------------------------------------------------------------------------------------
REVIEWED by KLUE MAGAZINE


Bow to the Bow
Posted on 27 June 2008 by sarah

With five labels and different web hosts for each, the Bow Group umbrella is a hidden treasure. But despite the apparent scatter, it is at the same time, very much closely knitted. Though predominantly an Internet boutique, its showroom is housed at the base of a stairwell that leads to its founders’ dorm-like living premise. With a bond that mistakes the stuff of sisterhood, Shahida Shariff (24), Helly Razali (26), and Farhana Zul (23) are glued at the hip via a long running friendship, and a strong passion for clothing and apparel.

While Miss Bow and The Bow (for the guys) sport items from Singapore to Hong Kong, Razali designs fashionable, yet appropriate pieces for Helly Beachwear, Zul creates whimsical doodles to go with quirky one-liners on her Teetees t-shirts and Shariff crafts fashion-forward styles that should belong foreign for Button My Buttons. Although each design is exclusively limited, its price tags never exceed RM150. This means you would own one of the five that exist, without burning a major hole in the wallet. This concept even boils down to their accessories, which have been scouted for and bought, but duly altered and modified according to their creativity. Additionally, the Bow Group showroom also carries a range of sandals designed by their friends and some chic handbags ranging from cloth to patent leather.

Text Claudia Low Photo Shermen Mukhtar

No comments: